PILIHAN
Pawai Obor Semarakkan Idul Fitri di Desa Penuba
30 Maret 2025
Berbagai Tokoh Sambut Lis Darmansyah
02 Maret 2025
Simak Penjelasan Buya Yahya, Hukum Mengucap Salam Lintas Agama "Sering Diucapkan Pemimpin Negara"

BUALBUAL.com - Sudah menjadi kebiasaan bagi para pejabat dan pemimpin di negeri ini, saat berpidato mengucapkan salam lintas agama. Artinya, bukan hanya mengucap salam agama Islam saja, tapi juga salam dari agama lain.
Baru-baru ini, ucapan salam lintas agama diangkat oleh Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur. Lembaga itu mengimbau agar salam lintas agama tidak lagi diucapkan oleh pemimpin, pejabat, atau siapa pun orang yang beragama Islam. Mereka diimbau cukup mengucap salam dalam agama Islam, assalamu'alaikum.
Yahya Zainul Maarif, atau lebih akrab disapa Buya Yahya, dalam channel Youtube Al-Bahjah TV, yang dipublikasikan pada 9 April 2019, menjelaskan soal hukum mengucap salam lintas agama.
"Pertama, membahas mengucapkan salam kepada orang kafir. Para ulama berbeda tentang memulai salam kepada orang kafir. Sebagian mengatakan kita tidak boleh memulai salam dengan "assalamu'alaikum", karena itu salam khusus, kepada orang orang kafir," ujar Buya Yahya.
Assalamu'alaikum yang berarti keselamatan. Jika ditambah warahmatullahi wabarakatuh, artinya semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat dan keberkahan untukmu. Salam yang sangat baik.
Namun kata Buya, pada zaman Nabi Muhammad, pernah ada orang mengucap assalamu'alaikum pada orang kafir. Namun dijawab tidak baik oleh orang kafir tersebut.
"Rupanya dijawab sama orang kafir, 'wa'alaikumusam'. Kita mengucapkan salam sejahtera semoga dilimpahkan kepadamu, dia (orang kafir itu) menjawab 'racun untukmu'. Maka di saat itu enggak boleh," ujar Buya.
Sementara itu, soal ucapan salam lintas agama, Buya Yahya menjelaskan, kalau bisa, lebih baik diubah dengan salam tradisi masyarakat yang tidak bertentangan dengan agama. Atau mengucapkan salam kepada orang di luar Islam dengan kalimat sapaan, selamat pagi, selamat sore. Dan itu sah-sah saja. Dengan catatan, maknanya benar.
"Tapi kalau maknanya ndak bener, misalnya orang nyembah pohon kelapa. Saya ndak memberikan contoh Tuhannya agama-agama yang dianut di sini. Saya mencontohkan, misalnya, ada orang setiap hari menyembah pohon kelapa. Kita enggak boleh ngikut, dia selalu kalau salam sama orang begini, semoga pohon kelapa selalu memberikan keselamatan kepadamu. Kita enggak boleh mengucapkan, semoga pohon kelapa selalu memberikan keselamatan kepadamu. Enggak boleh. Karena ada syirik di dalamnya. Maka, salam yang mengandung makna syirik, enggak boleh kita ikuti," tuturnya.
Simak penjelasan Buya Yahya selengkapnya di video ini
https://youtu.be/Myetve7taug
Sumber: Viva.co.id
Berita Lainnya
Akibat Korupsi, Negara Indonesia Rugi Hampir Rp 200 Trilun Setiap Tahun
Buntut Larang Karyawan Shalat, Kafe di Pelalawan Ditutup Dua Hari 'Harus Sediakan Tempat Ibadah'
Air Keruh dan Asin, Pelanggan PDAM Inhil Mengeluh "Malam Badan Gatal-gatal"
Dandim 0314 Inhil Jalin Silaturahmi ke DPC LBDH Tembilahan
Dugaan Caleg Petahana DPR RI Mengintimidasi Pemilik Pangkalan Gas 3 Kg 'Bawaslu Riau Selidiki'
Pekan Aksi Riau, Kadispersip: Kita Wujudkan SDM Unggul
Keluarga Besar Kantor Imgrasi Kelas II TPI Siak, Ucapkan Selamat Atas Pelantikan Syamsuar-Edy Sebagai Gubri-Wakil Gubri
Dijemput Langsung BNPT, Napi Teroris Bebas dari Lapas Klas IIA Pekanbaru
Jika Terpilih Gubernur Lagi, Andi Rachman Bangun 4 Ribu Rumah Bagi Warga Miskin
Pocil Lampura Tunjukan Aksi
Banyak Anak di Jambi jadi Korban Tindakan Kekerasan
Maju Pilkada Mendagri Tegaskan Pejabat Tidak Gunakan APBD